(Bunaken, 26 Desember 2014)
Entah sudah berapa banyak ulasan tentang Bunaken. Ditambah lagi nih satu dariku. Setiap orang punya kesan berbeda ketika mengarungi keindahannya. Rasanya tidak akan cukup hanya dengan untaian kata menceritakannya. Bahkan kamerapun seolah tidak akan mampu menggambarkan keseluruhan pesonanya. Kenapa tidak dari dulu aku berkenalan dengan tempat ini? hmm....
Entah sudah berapa banyak ulasan tentang Bunaken. Ditambah lagi nih satu dariku. Setiap orang punya kesan berbeda ketika mengarungi keindahannya. Rasanya tidak akan cukup hanya dengan untaian kata menceritakannya. Bahkan kamerapun seolah tidak akan mampu menggambarkan keseluruhan pesonanya. Kenapa tidak dari dulu aku berkenalan dengan tempat ini? hmm....
Akhirnya, bisa narsis di sini. hehehe.... |
Peta T.N. Bunaken (sumber: dephut.go.id) |
Siapa yang tidak kenal dengan Taman Nasional Bunaken? Siapa? hayo?? Kebangetan dah kalo lom pernah dengar. Namanya sudah mendunia. Taman Nasional yang terletak di teluk Manado, Sulawesi Utara ini terdiri dari Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Montehage, Pulau Siladen, Pulau Nain dan Tanjung Pisok. Terletak di Segi Tiga Terumbu Karang Dunia (Coral Triangle), menjadikannya habitat bagi ratusan spesies terumbu karang, ikan dan mamalia laut. Tidaklah mengherankan jika pesona taman lautnya itu menjadi magnet bagi para penyelam dari berbagai penjuru dunia. Tidak hanya itu, di daratannya juga menyimpan ekosistem yang mempunyai daya tarik tersendiri, seperti rusa, kuskus -bukan nama forum itu lho yaa-, burung laut, kepiting dan hutan mangrove. Terdaftar sebagai Taman Laut pada tahun 1991, menjadikannya pula sebagai salah satu taman laut pertama di Indonesia. Kemudian terdaftar di UNESCO pada tahun 2005.
Dari mba’ Evi aku memperoleh informasi, ternyata sudah mem-bookingkapal katamaran menuju Bunaken dan Siladen. Katamaran adalah sejenis kapal kecil yang dilengkapi dengan kaca berukuran kecil yang ditempatkan di bagian bawah (lantai) kapal sehingga bisa melihat bawah laut dari atas perahu dengan jelas tanpa harus nyebur.
Dari penginapan, kami sarapan pagi masakan khas Manado, yaitu Tinutuan atau Bubur Manado. Sebagai orang Manado yang sebenarnya asli Minahasa, aku menjadi tour guide dadakan. Meskipun pengetahuan liku-liku jalan dan transportasi di Manado belum terlalu di-update karena jarang pulang kayak bang Thoyib, tapi untuk tempat-tempat yang umum begini mah gampang. Hehe..
Mari makaaan... |
Kenyang euy... hehe... |
Eh, tunggu. Orang sini tapi kog ikutan trip ke Bunaken? Lha iya. Kan belom pernah. Lha gimana sih masak orang sini belom pernah ke Bunaken? Setidaknya pertanyaan itu sering terlontar selama ini dari teman-teman yang heran kalau aku belum pernah ke Bunaken. Sebagai orang Manado, aib banget dah rasanya yaa kalau udah tuir begini belom pernah menginjakkan kaki (bukan nginjak2 karang lho yaa) di salah satu taman laut terkenal di dunia yang letaknya di kampung halaman sendiri. Udah.. udah… mari lanjut ceritanya. Hehe…
Setelah makan, sekitar jam 10 lebih, kami menuju ke pelabuhan Calaca. Tidak sulit menjangkau pelabuhan yang letaknya dekat dengan pasar 45 Manado. Agak molor memang dari rencana awal, tapi ya nggak apa-apa. Yang penting kan perahunya sudah dibooking seharian.
Tiba di Pelabuhan Calaca dan… awal yang mengecewakan
Sampai di pelabuhan Calaca, sudah banyak yang menawarkan jasa perahu ke Bunaken. Sepintas aku lihat, rata-rata perahunya seperti speedboat, tapi berbahan kayu. Bukan fiber glass layaknya speedboat pada umumnya. Yang membedakan satu sama lain adalah penampilannya. Tapi sepertinya katamaran-nya nggak keliatan.
Langsung kami mencari orang yang sudah dihubungi mba Evi tadi. Seorang bapak yang ternyata ditemani seorang anak kecil. Aku sempat mendengar pembicaraannya dengan mba’ Evi. Kata bapak itu, dia tidak bisa menyediakan Katamaran. Yang ada hanyalah sebuah boat kecil dua mesin. Wew, awal yang mengecewakan. Padahal sudah deal dari awal, kog kita tahunya pas udah nyampe. Katanya sudah dipakai sama orang lain. Lha, kalau udah dibooking duluan, kog dikasih ke orang lain toh pak? Hadeh…. Akhirnya dengan sedikit kecewa, kami sepertinya akan naik sebuah boat kecil. Tentu saja kesepakatan awal tadi harus direvisi lagi.
Setelah proses pembicaraan, kemudian bapak itu bilang lagi,
”Nanti akan ada katamaran di sana. Tapi tambah bayar 200rb ya?”
Hah? Gimana sih bapak ini. Sudah kesepakatan dari awal harga sekian dengan katamaran, trus dengan sepihak dia ganti boat kecil dan bilang nggak ada katamaran, dan ini malah nawarin lagi dan minta tambah duit. Hah? *mulai esmosi*
“Pasti akan dapat perahu katamaran di sana. Pasti ada,” katanya lagi dengan penuh keyakinan, dan membuatku berpikir... hmmm..
Okeh. Sebagai orang yang belum pernah ke Bunaken, kita coba menurut saja.
Sempat aku ngobrol dengan bapak itu tadi sekedar mengkonfirmasi kembali rute kita sesuai perjanjian, yaitu Bunaken dan Siladen. Termasuk snorkeling.
Satu persatu kami naik di perahu. Setelah personil lengkap dan barang-barang terangkut semua, perahu kemudian melaut menjauhi pelabuhan Calaca.
Nyebraaang... eh, bunda Helen mana yaaa??? |
Pulau Bunaken dari kejauhan |
Hampir satu jam perjalanan, kami kemudian tiba di sebuah perairan dangkal dekat Pulau Bunaken. Di sini, kami dipindahkan sebentar ke perahu Katamaran. Selama beberapa menit, kami mengamati bawah laut dari atas perahu melalui dua buah kaca. Dari atas sini terlihat pemandangan bawah laut yang sebagian besar karangnya sudah rusak. Meski ikannya masih banyak dan airnya benar-benar jernih. Namun tidak menyulut rasa penasaranku, pasti masih ada sisi yang lain yang masih bagus.
Pulau Manado Tua |
Di tengah suasana menikmati perahu katamaran, pikiranku melayang lagi terkait insiden tadi. Awalnya bilang tersedia karena sudah dipakai orang, kemudian dengan yakinnya bilang ada dengan syarat dan ketentuan berlaku. Dan yang aku lihat, perahunya sudah standbye dan tidak ada yang pake. Ya sudah, lanjutkan dulu enjoynya. Hehe…. Maaf kalau bagian kekesalan ini diulang-ulang.
Lumayan enak sih kalau naik katamaran ini. Setidaknya lebih luas dan lebih bebas mengamati view laut dan pulau di sekitarnya. Naik katamaran ini optional. Kalau tidak mau nyebur, ya pake ini. Kalau mau snorkeling atau diving, nggak perlu lah pake beginian. Kan view di bawah nanti lebih terpampang nyata indahnya.. hehe..
Lumayan enak sih kalau naik katamaran ini. Setidaknya lebih luas dan lebih bebas mengamati view laut dan pulau di sekitarnya. Naik katamaran ini optional. Kalau tidak mau nyebur, ya pake ini. Kalau mau snorkeling atau diving, nggak perlu lah pake beginian. Kan view di bawah nanti lebih terpampang nyata indahnya.. hehe..
Ini nih yang disebut Katamaran |
Kondisi di dalam Katamaran |
Pada liatin apa hayooo.... |
ini kacanya sob.... |
Kami kemudian beralih lagi ke boat tadi dan menuju ke Pulau Bunaken. Kalau diperhatikan, pantai di laut Bunaken ini biasa saja. Air lautnya pun keruh, tidak menarik untuk berenang. Namun pohon-pohon di pesisir pantai sangat rindang sehingga sejuk untuk berteduh atau bersantai. Terlihat ada beberapa resort di sini.
Di sini pengunjung bisa menyewa peralatan snorkeling Rp. 150.000,- per set, wetsuit, kamera underwater Rp. 300.000,- , guide Rp. 150.000,- dan perlengkapan scuba diving (lom sempat tanya lebih jauh berapa biayanya). Sebagian besar kami membawa peralatan sendiri. Hanya beberapa orang yang menyewa. Melihat harga sewanya, membuatku semakin yakin pilihan untuk membawa sendiri peralatan snorkeling dan kamera underwater adalah tindakan yang tepat. Di salah satu tempat penyewaan alat snorkeling yang direkomendasikan bapak pemilik perahu tadi, kalau diperhatikan, umumnya masker dan snorkel yang disewakan kondisinya baik. Tapi untuk fin, sepertinya kurang bagus.
Pantai Bunaken |
Pantai Bunaken |
Dermaga di Pantai Bunaken. Ada loket pembayaran retribusi masuk area Taman Nasional Bunaken |
Pengunjung akan dikenakkan biaya masuk Kawasan Taman Laut Bunaken Rp. 7.500,- untuk wisatawan domestik, dan Rp. 200.000,- untuk wisatawan mancanegara atau buat sobat yang merasa dirimu bule'. hehehe.
Selain menyewa peralatan, di sini ada juga yang menjual cenderamata khas Bunaken dan kaos yang ada tulisan Bunaken-nya. Sambil menunggu life jacketdisiapkan oleh tukang perahu tadi, kami menyibukkan diri dengan belanja. Tentu saja sarat dengan tawar menawar dengan peluang keberhasilan menawar sangat tipis bahkan cenderung mustahil. Selihai apapun sobat menawar, sepengalaman apapun sobat malang melintang dalam dunia tawar menawar, jangan harap bisa menggoyahkan batin sang penjual. Rata-rata cuman dikorting paling banyak Rp.5000,-. Hehe…
yuk mariii... dipilih.. dipilih.. |
“… kan perjanjiannya ada life jacket. Kalau tidak ada life jacket, saya tidak mau berangkat..,” demikian kurang lebih aku mendengar mba’ Evi yang komplain ke tukang perahu. Ternyata mba Evi bisa galak juga. Ih, takuttt.. hehe.. pura-pura nggak lihat aahh…. Eh, tapi kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga. Agar penyedia jasa perahu bisa lebih professional mengatur sebuah perjalanan wisata dengan aman dan nyaman. Kadang kelalaian akan hal yang dianggap sepele seperti ini bisa berakibat fatal.
Melihat insiden kecil itu, aku tiba-tiba tersadar, lho, tadi waktu nyebrang kurang lebih sejam… life jacketnya….. hmm… ya sudah, Alhamdulillah penyeberangan dari Manado ke Bunaken tadi aman.
Foto keluarga.. (kiri-kanan) depan: tante Ruth, Eva, Harun, Ali; belakang: Liza, Evi, Femz, bunda Helen, Thoxy. |
Setelah lama sekali menunggu, akhirnya life jacket yang kelihatan kurang layak pakai itu lengkap. Kami kemudian menuju ke boat untuk snorkeling ke dua spot dan ke Siladen.
tunggu woy... pelan2. tak kan lari gunung, eh, perahu dikejar. hehehe.... |
Spot pertama: Pantai Barat Bunaken
Sekitar 10 menit perjalanan dari pantai Bunaken tadi, tibalah kami di spot pertama, pantai barat Bunaken. Sepanjang perjalanan kami melihat sudah banyak yang snorkeling maupun diving di spot ini. Berbagai macam perahu bertebaran di sana sini.
Perahu lainnya yang lagi snorkeling/diving |
Kami diturunkan di sisi perbatasan antara area dangkal dan tebing bawah laut yang dalam. Untuk yang tidak terbiasa dengan dalamnya air laut mungkin akan panik atau takut.
di sini spot snorkeling kami sob. |
Di sini ikan-ikannya banyak dan kelihatannya sudah terbiasa dengan manusia alias easy going bin friendly. Airnya jernih. Namun sayangnya, terumbu karang di bagian yang dangkal sudah banyak sekali yang hancur. Ingin beramah-tamah dengan ikan-ikannya? tinggal diam dan tenang, ikan-ikan itu akan menghampiri, meski sobat tidak membawa makanan. Tapi kasihan juga melihat ikan-ikannya sudah memberanikan dirinya bermain dengan kita, tapi nggak dikasih makan. Seharusnya nyimpan beberapa nastar yang dibawa bu' Ruth tadi. hehehe....
Awalnya agak kecewa dengan kondisi terumbu karang di sini. Namun saat melihat jurangnya, wow... indah sekali. Aktivitas wall diving sepertinya cocok di tempat ini. Airnya jernih banget. Sesekali aku mencoba freediving ke tebingnya. Tidak salah memang kata beberapa artikel yang pernah aku baca, bahwa taman laut Bunaken itu merupakan spot diving dengan visibilitinya salah satu yang terbaik di dunia. Bagaimana penampakannya? Silahkan simak beberapa fotoku ala amatiran berikut ini. Beberapa teman yang beruntung melintas di depanku sempat kufoto. Hehehe...
Karena pengetahuanku tentang dunia bawah laut masih minim, belom bisa menjelaskan panjang lebar apa ini apa itu. What you see is what you get lah. Hehehe…
Aku kira ini mba' Evi. Ternyata mba' Femz. Coba kalo bawa jaring tadi yaaa... |
Karena pengetahuanku tentang dunia bawah laut masih minim, belom bisa menjelaskan panjang lebar apa ini apa itu. What you see is what you get lah. Hehehe…
nyari apa mba' Eva? hehe... |
hadeehh...., si Ali tiba2 muncul di balik batu... |
bolang siii bolang.... |
Sepertinya tempat ini memang lebih cocok untuk wall diving. Atau bagi yang baru belajar snorkeling, bisa memanfaatkan bagian dangkalnya. Tengah hari atau siang bolong kelihatannya merupakan waktu terbaik di sini. Posisi matahari yang bergerak semakin ke barat mungkin bisa lebih menerangi bagian wall-nya.
Oh, ya. Ada video amatiran nih. Singkat banget, sebagian besar isinya nggak sengaja kerekam. Karena pas lagi nyoba-nyoba tekan tombol video waktu snorkeling, eh, tak tahunya udah ngerekam. Jadinya nggak beraturan. Haha... Tapi dibuang sayang. Berikut ini cuplikannya. Hehe...
Oh, ya. Ada video amatiran nih. Singkat banget, sebagian besar isinya nggak sengaja kerekam. Karena pas lagi nyoba-nyoba tekan tombol video waktu snorkeling, eh, tak tahunya udah ngerekam. Jadinya nggak beraturan. Haha... Tapi dibuang sayang. Berikut ini cuplikannya. Hehe...
Setelah
bersambung ke bag. II (end)...
*****
0 komentar:
Post a Comment