Saturday, January 25, 2014

Mendung di Telaga Duma, Galela: Tanjung Van Dijken


(Telaga Duma, Galela, 25 Jan. 2014)
 
Hari ini menemani bos kantor yang baru ke danau yang ada di Galela. Ada begitu banyak danau di daerah ini. Dan tujuan kali ini adalah danau terbesar di Halmahera. Danau Duma. Namun masyarakat setempat biasa menyebutnya Telaga Duma.

Kecamatan Galela terletak sekitar 30 menit berkendara dari Tobelo. Di kecamatan ini terdapat sebuah bandara perintis. Bandar Udara Gamar Malamo-Galela namanya. Tidak sulit mencari danau ini, karena letaknya kelihatan dari jalan. Namun Tanjung Van Dijken yang akan kami tuju letaknya  ada di sisi lain danau, sekitar 5 menit dari sisi danau yang kelihatan dari jalan utama galela tersebut. Karena menggunakan mobilnya bos, jadi tidak perlu khawatir dengan transport ke Galela. Hehe… 
Pohon mangga berumur lebih dari seabad di Telaga Duma, Halmahera Utara

Ini adalah kali ke sekian aku ke danau ini. Pernah beberapa kali  dengan tujuan makan ikan mujair bakar dengan teman-teman. Pernah juga sebelumnya bareng bang Ben, hunting foto di sisi yang lain telaga Duma. Sedangkan saat ini bareng bos dan teman kantor, di sisi pinggir danau yang merupakan objek wisata alam maupun sejarah, Tanjung Van Dijken – Duma – Galela. Aku tidak tahu apakah untuk masuk ke area wisata ini dipungut biaya atau tidak. Soalnya saat kami ke sini tidak ada yang jaga. Namun begitu, tempatnya bersih dari sampah dan sepertinya terawat.

Van Dijken merupakan penginjil pertama di Duma. Untuk mengenangnya, maka dibangunlah monumen patung Van Dijken. Tidak heran jika nama tanjung ini sesuai dengan namanya, tanjung Van Dijken. Terdapat beberapa pohon mangga yang berumur lebih dari seabad, yang ditanam oleh beliau. Di samping itu, terdapat pula peninggalan sejarah yang lain berupa bunker Jepang, tepatnya di sisi barat daya Telaga Duma.

Telaga Duma, Halmahera Utara: View dari Tanjung Van Dijken
Setiap sisi telaga duma menurutku memiliki kesannya masing-masing. Adapun suasana telaga Duma di Tanjung Van Dijken ini menurutku sangat tenang, sunyi, dan terkesan misterius. Airnya juga tenang, dikelilingi bukit yang hijau, terdapat kumpulan eceng gondok di beberapa sisi. Sayangnya hari ini mendung, sehingga langitnya kelihatan kurang bagus untuk difoto. Namun demikian, aku sedikit menyukai cuaca mendung ini, mengingat teriknya matahari di daerah ini yang cukup panas. Selain itu, suasana mendung seolah mempertegas suasana ke-misterius-an danau. Asalkan jangan sampai hujan deras aja. Rintik-rintik dikit boleh lah.. Hehe…
Pemandangan dari atas sini indah, membuat penasaran untuk melihat dari dekat danau Duma. Perjalanan kami lanjutkan menuju pinggir danau melalui anak tangga yang sudah tersedia di tempat ini.Ternyata dari pinggir danau ini, pemandangannya tak kalah indah.. Karena aku satu-satunya yang bawa kamera, yahhh… sudah jadi kodrat kali yaa menjadi yang paling jarang dijepret. Haha…

Telaga Duma, Halmahera Utara
Si bos kelihatan sangat menikmati suasana danau ini. Bahkan dia langsung nyemplung melihat jernihnya air dengan riak-riak kecil yang menggoda, untuk menyusul salah satu temanku yang memang sudah turun duluan. Melihat itu, akupun tergoda untuk ikut nyemplung. Apa daya, celana buat renang ketinggalan di mobil yang diparkir nun jauh di atas sono. Haha… ya sudahlah… 

Telaga Duma, Halmahera Utara
Puas menikmati Telaga Duma – mereka yaa, kalo aku sih belom puas. hehe.. – saatnya beralih ke sisi danau yang lain, untuk makan siang.
***
Tips perjalanan ke tempat ini:
  • Lebih bagus kalau pake mobil sendiri/sewa/minjem :D. Bisa juga dengan motor, tapi kalau lagi cerah, panas euy. hehe.. 
  • Untuk ke terminal Galela, menggunakan angkutan umum (angkot) Rp. 10.000 per orang. Dari terminal Galela, bisa sewa ojeg ke sini. Tapi balik ke terminalnya yang susah. Harga aku kurang tahu, belum pernah coba naik ojeg di sini. hehe...
***** 

0 komentar:

Post a Comment